• Home
  • Posts RSS
  • Comments RSS
  • Edit
  • Rahasia Pintar Orang Yahudi

    Sabtu, 25 Desember 2010

    Artikel DR Stephen Carr Leon patut menjadi renungan bersama.

    Stephen menulis dari pengamatan langsung. Setelah berada tiga

    tahun di Israel karena menjalani housemanship di beberapa rumah

    sakit disana. Dirinya melihat ada beberapa hal yang menarik yang

    dapat ditarik sebagai bahan

    tesisnya, yaitu, "Mengapa Yahudi Pintar?"
    Ketika tahun kedua, akhir bulan Desember 1980, Stephen sedang

    menghitung hari untuk pulang ke California, terlintas

    dibenaknya, apa sebabnya Yahudi begitu pintar? Kenapa Tuhan

    memberi kelebihan kepada mereka? Apakah ini suatu kebetulan?

    Atau hasil usaha sendiri?

    Maka Stephen tergerak membuat tesis untuk PhD-nya. Sekadar untuk

    Anda ketahui, tesis ini memakan waktu hampir 8 tahun. Karena

    harus mengumpulkan data-data yang setepat mungkin.

    Marilah kita mulai dengan persiapan awal melahirkan. Di Israel,

    setelah mengetahui sang ibu mengandung, sang ibu akan sering

    menyanyi dan bermain piano. Si ibu dan bapak akan membeli buku

    matematika dan menyelesaikan soal bersama suami.

    Stephen sungguh heran karena temannya yang mengandung sering

    membawa buku matematika dan bertanya beberapa soal yang tak

    dapat diselesaikan. Kebetulan Stephen suka matematika.

    Stephen bertanya, "Apakah ini untuk anak kamu?" Dia menjawab,

    "Iya, ini untuk anak saya yang masih didalam kandungan, saya

    sedang melatih otaknya, semoga ia menjadi jenius." Hal ini

    membuat Stephen tertarik untuk mengikuti terus perkembangannya.

    Kembali ke matematika tadi, tanpa merasa jenuh si calon ibu

    mengerjakan latihan matematika sampai genap melahirkan. Hal lain

    yang Stephen perhatikan adalah cara makan. Sejak awal mengan

    dung sang ibu suka sekali memakan kacang badam dan korma bersama

    susu.

    Tengah hari makanan utamanya roti dan ikan tanpa kepala bersama

    salad yang dicampur dengan badam dan berbagai jenis kacang.

    Menurut wanita Yahudi itu, daging ikan sungguh baik untuk

    perkembangan otak dan kepala ikan mengandung kimia yang tidak

    baik yang dapat merusak perkembangan dan pertumbuhan otak anak

    di dalam kandungan. Ini adalah adat orang-orang Yahudi ketika

    mengandung.

    Menjadi semacam kewajiban untuk ibu-ibu yang sedang mengandung

    mengkonsumsi pil minyak ikan..

    "Ketika saya diundang untuk makan malam bersama orang-orang

    Yahudi, perhatian utama saya adalah menu mereka. Pada setiap

    undangan yang sama saya perhatikan, mereka gemar sekali memakan

    ikan (hanya isi atau fillet)."

    Biasanya kalau sudah ikan, tidak ada daging. Ikan dan daging

    tidak ada bersama di satu meja. Menurut mereka, campuran daging

    dan ikan tak bagus dimakan bersama. Salad dan kacang adalah

    suatu kemestian, terutama badam.

    Uniknya, mereka akan memakan buah-buahan dahulu sebelum memakan

    hidangan utama. Jangan terperanjat jika Anda diundang ke rumah

    Yahudi Anda akan dihidangkan buah-buahan dahulu. Menurut mereka,

    dengan memakan hidangan karbohidrat (nasi atau roti) dahulu

    kemudian buah-buahan, ini akan menyebabkan kita merasa

    mengantuk, lemah dan payah untuk memahami pelajaran di sekolah.

    Di Israel, merokok adalah tabu, apabila Anda diundang makan di

    rumah Yahudi, jangan sekali-kali merokok. Tanpa sungkan mereka

    akan menyuruh Anda keluar dari rumah mereka, menyuruh Anda

    merokok di luar rumah.

    Menurut ilmuwan di Universitas Israel, penelitian menunjukkan

    nikotin dapat merusakkan sel utama pada otak manusia dan akan

    melekat pada gen. Artinya, keturunan perokok bakal membawa

    generasi yang cacat otak (bodoh). Suatu penemuan yang dahsyat

    ditemukan oleh saintis yang

    mendalami bidang gen dan DNA.

    Perhatian Stephen selanjutnya adalah mengunjungi anak-anak

    Yahudi. Mereka sangat memperhatikan makanan. Makanan awal adalah

    buah-buahan bersama kacang badam, diikuti dengan menelan pil

    minyak ikan (code oil lever).

    Dalam pengamatan Stephen, anak-anak Yahudi sungguh cerdas.

    Rata-rata mereka memahami tiga bahasa yaitu Hebrew, Arab, dan

    Inggris. Sejak kecil mereka telah dilatih main piano dan biola.

    Ini adalah suatu kewajiban. Menurut mereka bermain musik dan

    memahami not dapat meningkatkan IQ. Sudah tentu bakal menjadikan

    anak pintar.

    Ini menurut saintis Yahudi, hentakan musik dapat merangsang

    otak. Tak heran banyak pakar musik dari kaum Yahudi.

    Seterusnya di kelas 1 hingga 6, anak-anak Yahudi akan diajar

    matematika berbasis perniagaan. Pelajaran IPA sangat diutamakan.

    Di dalam pengamatan Stephen, perbandingan anak-anak di

    Calfornia, dalam tingkat IQ-nya bisa dikatakan 6 tahun

    kebelakang!

    "Segala pelajaran akan dengan mudah ditangkap oleh anak Yahudi.

    Selain dari pelajaran tadi, olahraga menjadi kewajiban bagi

    mereka. Olahraga yang diutamakan ialah memanah, menembak, dan

    berlari. Menurut teman saya ini memanah dan menembak dapat

    melatih otak memfokus sesuatu perkara disamping mempermudah

    persiapan membela negara."

    "Selanjutnya perhatian saya menuju ke sekolah tinggi (menengah)

    disini murid-murid digojlok dengan pelajaran sains. Mereka

    didorong untuk menciptakan produk. Meski proyek mereka

    kadangkala kelihatannya lucu dan memboroskan, tetap diteliti

    dengan serius. Apalagi kalau

    yang diteliti itu berupa senjata, medis, dan teknik. Ide itu

    akan dibawa ke jenjang yang lebih tinggi."

    "Satu lagi yang diberi keutamaan ialah fakultas ekonomi. Saya

    sungguh terperanjat melihat mereka begitu agresif dan serius

    belajar ekonomi.

    Di akhir tahun di universitas, mahasiswa diharuskan mengerjakan

    proyek. Mereka harus mempraktekkannya. Dan Anda hanya akan lulus

    jika tim Anda (10 pelajar setiap tim) dapat keuntungan sebanyak

    US$ 1 juta! Anda terperanjat? Itulah kenyataannya. "

    Kesimpulan, pada teori Stephen adalah, melahirkan anak dan

    keturunan yang cerdas adalah keharusan. Tentunya bukan perkara

    yang bisa diselesaikan semalaman. Perlu proses, melewati

    beberapa generasi mungkin?

    Kabar lain tentang bagaimana pendidikan anak adalah dari saudara

    kita di Palestina. Mengapa Israel mengincar anak-anak Palestina?

    Terjawab sudah mengapa agresi Israel yang biadab dari 27

    Desember 2008 kemarin memfokuskan diri pada pembantaian

    anak-anak Palestina di Jalur Gaza.

    Seperti yang kita ketahui, setelah lewat dua minggu, jumlah

    korban tewas akibat Holocaust itu sudah mencapai lebih dari 900

    orang. Hampir setengah darinya adalah anak-anak.

    Selain karena memang tabiat Yahudi yang tidak punya nurani,

    target anak-anak bukanlah kebetulan belaka. Sebulan lalu, seusai

    Ramadhan 1429 Hijriah, Ismail Haniya, pemimpin Hamas, melantik

    sekitar 3500 anak-anak Palestina yang sudah hafidz al-Qur’an.

    Anak-anak yang sudah hafal 30 juz al-Qur’an ini menjadi sumber

    ketakutan Zionis Yahudi. "Jika dalam seusia muda itu mereka

    sudah menguasai al-Qur’an, bayangkan 20 tahun lagi mereka akan

    jadi seperti apa?" demikian pemikiran yang berkembang di pikiran

    orang-orang Yahudi.

    Tidak heran jika anak Palestina menjadi para penghapal

    al-Qur’an.

    Kondisi Gaza yang diblokade dari segala arah oleh Israel

    menjadikan mereka terus intens berinteraksi dengan al-Qur’an.

    Tak ada yang main playstation atau game. Namun kondisi itu

    memacu mereka untuk menjadi para penghapal yang masih begitu

    belia. Kini, karena ketakutan sang penjajah, sekitar 500 bocah

    penghapal al-Qur’an itu telah syahid.

    Perang panjang dengan Yahudi akan berlanjut entah sampai berapa

    generasi lagi. Ini cuma masalah giliran. Sekarang Palestina dan

    besok bisa jadi Indonesia. Ambil contoh tetangga kita yang

    terdekat, Singapura.

    Contoh yang penulis ambil sederhana saja, rokok. Benarkah

    merokok dapat melahirkan generasi "goblok"? Kata goblok diambil

    bukan dari penulis, tapi kata itu dari Stephen Carr Leon

    sendiri. Dia sudah menemui beberapa bukti yang menyokong teori

    ini. "Lihat saja Indonesia," katanya seperti dalam tulisan itu.

    "Jika Anda ke Jakarta, dimana saja Anda berada; dari restoran,

    teater, kebun bunga hingga ke museum, hidung Anda akan segera

    mencium asap rokok! Dan harga rokok? Cuma 70 sen dolar!

    Hasilnya! Dengan penduduk berjumlah jutaan orang, ada berapa

    banyakkah universitas? Hasil apakah yang dapat dibanggakan?

    Teknologi? Jauh sekali. Adakah mereka dapat berbahasa selain

    dari bahasa mereka sendiri? Mengapa mereka begitu sukar sekali

    menguasai bahasa Inggris? Di tangga

    berapakah kedudukan mereka di pertandingan matematika sedunia?

    Adakah ini bukan akibat merokok? Silahkan pikirlah sendiri?"

    0 komentar:

    Posting Komentar